Kementan Galakkan Program Praktik Pertanian Terpadu di NTT

LABUAN BAJO – Kementerian Pertanian, melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan produktivitas sekaligus mengantisipasi kekurangan pangan.

Untuk itu, perhatian besar diberikan Kementerian Pertanian terhadap Program Pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Jagung. Melalui Program Rural Empowerment Agricultural Development Scaling Up Initiative (READSI) Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementerian Pertanian (Kementan), mengadakan kegiatan Pertemuan Koordinasi  Mendukung Pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Jagung, Senin (22/11/2021) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan tersebut ditutup secara virtual  Ibu Gubernur Nusa Tenggara Timur yang merupakan anggota Komisi IV DPR RI, Julie S Laiskodat. Selain itu, hadir  Kepala BPPSDMP, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Kepala UPT Pelatihan Pertanian Pusat,  Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten wilayah READSI, Koordinator dan Sub Koordinator lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian dan juga dihadiri secara virtual oleh Fasilitator Desa di 6 Provinsi dan 18 Kabupaten wilayah READSI.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan saat ini pertanian menjadi sektor penopang perekonomian nasional.

“Sehingga terobosan-terobosan dengan menggabungkan pertanian dengan sektor lain menjadi sesuatu luar biasa menarik,” katanya.

Sedangkan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam arahannya mengatakan produksi jagung perlu untuk dijaga bahkan ditingkatkan.

“Namun, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem sehingga produksi pangan dapat terus dijaga tidak hanya untuk tahun 2022, tetapi untuk menjaga produksi pangan jangka panjang,” katanya.

Salah satu terobosan dalam peningkatan produksi pangan adalah melalui Pertanian Terpadu berbasis jagung, yaitu  pengembangan sistem usahatani jagung yang mengintegrasikan beberapa usaha tanaman lain.

“Seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang dikelola secara terpadu dan serasi serta berorientasi ekonomi dan ekologis,” katanya.

Menurut Dedi, sistem pertanian terpadu sebenarnya sudah lama dipraktekkan oleh petani sebagai ekspresi dari usaha mereka menghadapi tantangan lingkungan untuk bertahan hidup. Namun, perkembangannya masih lamban serta sistem usahataninya belum memenuhi

“Kaidah keterpaduan karena masih dilakukan secara parsial dan belum terintegrasi serta teknologi usahataninya umumnya masih konvensional,” katanya.

Untuk meningkatkan praktik pertanian terpadu agar dapat menghasilkan integrasi yang menyeluruh pada sistem pertanian, perlu dilakukan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) pertanian.

“Untuk mendukung pelaksanaan Pertanian Terpadu berbasis Jagung, BPPSDMP melalui Pusat Pelatihan Pertanian akan melaksanakan Koordinasi dalam mendukung pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Jagung. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapkan rencana peningkatan kompetensi bagi SDM pertanian sehingga dapat menciptakan petani dan penyuluh yang dapat menerapkan Pertanian Terpadu Berbasis Jagung,” katanya.

Sementara Ibu Gubernur Nusa Tenggara Timur yang merupakan anggota Komisi IV DPR RI, Julie S Laiskodat,  menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Kementerian Pertanian khususnya Peningkatan Kapasitas SDM dalam Program Pertanian Terpadu berbasis komoditas jagung di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat mendukung Program berbasis Jagung ini, karena Propinsi NTT memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan jagung ini,” katanya.

Berdasarkan data proyeksi Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, luas panen jagung nasional Januari-Desember 2021 mencapai 4,15 juta hektare. Dari luas tersebut, produksi jagung diperkirakan sebesar 15,79 juta ton dengan kadar air 14 persen.

Sedangkan kebutuhan jagung dalam satu tahun untuk pakan, konsumsi dan industri pangan totalnya mencapai 14,37 juta ton, sehingga produksi jagung saat ini surplus.

Di Tahun 2022, pelaksanaan Program READSI di Provinsi NTT meliputi pelatihan bagi penyuluh untuk 6 angkatan sebanyak 120 orang, serta sekolah lapang pengendalian hama terpadu bagi petani sebanyak 25 paket untuk 625 orang

Sementara di Kabupaten Kupang dan Belu, pelaksanaan READSI tahun 2022 meliputi sekolah lapang komoditas 59 paket untuk 1.475 orang, bimbingan lanjutan bagi petani sebanyak 187 paket untuk 1.475 orang, dan bantuan saprodi sebanyak 2.075 paket.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *