Kunjungi Sanggar Wayang Ajen, Dalang Cilik Asal Kota Bogor Dapat Wejangan
KOTA BEKASI – Dalang cilik asal Kota Bogor, Andika Arrafi M berkesempatan berkunjung ke Sanggar Wayang Ajen yang terletak di Jalan Kusuma Barat 6 Blok CC 3 Nomor 11, Duren Jaya Timur RT 003 RW 018, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Pelajar kelas 2 SMP 7 Kota Bogor itu sempat menunjukkan kebolehannya mendalang di hadapan pengasuh Sanggar Wayang Ajen, Ki Dalang Wawan Ajen. Setelah pertunjukkan, Ki Dalang Wawan Ajen mengapresiasi kiprah Andika. Remaja kelahiran 2008 itu pun mendapat wejangan berharga dari Ki Dalang Wawan Ajen yang sudah malang melintang di dunia pentas seni baik di dalam maupun di luar negeri, sekaligus dihadiahi tokoh wayang kesatria Regawa dan udeng khas Sunda.
Meski di masa pandemi Covid-19, Ki Dalang Wawan Ajen menilai Andika tak kehilangan sentuhan kreativitasnya. “Memang di masa pandemi kreativitas cukup terbatas oleh karena minimnya ruang berkesenian. Secara fisik, boleh kita terbelenggu. Tapi pikiran dan imajinasi tak bisa dipasung. Istilahnya, tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana,” kata Ki Dalang Wawan Ajen, Minggu (10/10/2021).
Menurut Ki Dalang Wawan Ajen, Andika adalah remaja yang keren, beken dan paten. Sebab, kata dia, di usianya yang masih belia ia sudah menggeluti dunia kesenian, dalam hal ini dunia perwayangan. Ia menilai pementasan Andika yang diiringi oleh seni tabuh terlihat begitu kolaboratif dan cukup harmonis.
Ki Dalang Wawan Ajen mengaku senang berbagi pengalaman dan ilmunya kepada siapapun yang tertarik dengan dunia pewayangan, khususnya generasi milenial.
“Saya menyiapkan ruang dan waktu bagi siapa saja yang mempunyai komitmen pengembangan wayang. Saya membuka ruang seluas-luasnya,” ujar Ki Dalang Wawan Ajen. Menurutnya, ekosistem pelestarian terhadap seni dan budaya, khususnya pewayangan harus terus menerus digaungkan. Tak cukup hanya dengan pengakuan UNESCO saja, namun sebagai pewaris wayang harus menjadi penerus yang aktif dan progresif. “Pilihannya adalah mau menjadi pewaris aktif atau pewaris pasif. Saya senang dengan Andika yang mau menjadi pewaris aktif,” tutur Ki Dalang Wawan Ajen.
Ia melihat ada nilai rekonstruksi ulang dari cerita pewayangan yang dibawakan oleh Andika. Dalam berkesenian, Ki Dalang Wawan Ajen ruang berekspresi adalah sesuatu yang dinamis, bukan statis. “Format baru itu diperkenankan. Peluang itu kita tangkap. Ini aset masa depan, jangan salah menerapkan. Dalam membaca tradisi dengan cara modern, pola tadi diperhalus dan diperkuat. Saat ini kita harus juga menghitung durasi. Kalau dulu wayang bisa dipentaskan semalam suntuk,” papar dia.
Menurut Ki Dalang Wawan Ajen, sebuah lakon yang dibawakan akan menarik jika dramaturginya digarap dengan baik. “Sehingga penikmat itu sabar menunggu kejutan-kejutan yang akan ditampilkan. Setelah ini, apalagi kira-kira. Jangan lupakan juga tiga hal yaitu gimmick, atraksi dan estetikanya yang punya pesan moral,” begitu kata Ki Dalang Wawan Ajen.
Ki Dalang Wawan Ajen sendiri mengaku dalam mengemas seni pertunjukkan selalu melandaskan pada tujuh teori yang disebutnya Spirit Sapta Ajen. Di antaranya adalah nilai spiritual, nilai budaya, nilai kreativitas, nilai ekonomis, nilai komunikasi, komitmen dan nilai keberlanjutan.
Pada kesempatan itu, Andika Arrafi M mengaku telah menggeluti dunia pewayangan sejak ia masih kanak-kanak. “Saya dari usia 4 tahun. Tapi kalau mulai pentas sih sejak tahun 2016,” tutur remaja kelahiran 2008 itu.
Andika telah memperkenalkan seni pertunjukkan wayang ke beberapa negara. Di antaranya Taiwan, Singapura dan Thailand telah ia jejaki. “Saya memang dari keluarga seniman. Kakek saya dalang nenek saya sinden. Ayah saya juga penabuh gendang dan ibu penari,” terang dia.
Ia amat senang mendapat wejangan langsung dari tokoh seniman berkaliber dunia Ki Dalang Wawan Ajen. Sebab, selama ini ia belajar dalang secara otodidak. “Saya belajar otodidak, lihat di Youtube,” tutur Andika. Setelah pertunjukan lakon Srikandi Kaperdaya durasi 45 menit dengan dukungan para pemusik Endang Junaedi (ahli penabuh dan penata kendang), Uci Sanusi (Kepala Seksi Pelestarian dan Pengembangan Tradisi, Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor), Ojang Cahyadi (dosen Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ki dalang Jajat, dan para seniman muda karawitan Kota Bogor.
Bukan tanpa alasan Andika menggeluti dunia pewayangan. Menurutnya, anak muda saat ini mulai meninggalkan akar seni dan budayanya. Sehingga, kesenian pewayangan di Kota Bogor nyaris punah lantaran kehilangan generasi penerus.
“Di Bogor itu rata-rata dalang itu sedikit, apalagi generasi penerusnya. Saya mendingan main wayang ketimbang yang lainnya. Saya mau melestarikan budaya,” papar Andika.(***)