Kini Teknologi Berperan Penuh Terhadap Kemajuan Petani Indonesia
PENGALENGAN – Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis sektor pertanian Indonesia akan semakin jaya di tangan anak-anak muda. Hal itu terungkap pada acara Ngobrol Bareng on the Spot (Ngobras) yang diselenggarakan di Smart Green House Nudira Fresh di Desa Warnasari, Kecamatan Pengalengan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/10/2021).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, para era 4.0, sektor pertanian tak lagi mengandalkan pola tradisional, namun lebih mengedepankan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian. Kata Mentan SYL, dalam konteks tersebut anak-anak muda atau yang biasa disebut milenial yang memiliki potensi untuk mengembangkan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian.
“Masa depan pertanian kita ada di tangan milenial. Merekalah yang akan melanjutkan tongkat estafet pertanian Indonesia. Kita optimistis sektor pertanian akan semakin berjaya di tangan anak-anak muda, di pundak kaum milenial,” kata Mentan SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, saat ini mau tak mau pertanian Indonesia harus menuju kepada arah yang maju, mandiri dan modern. Dikatakannya, ada tiga ciri pertanian yang maju, mandiri dan modern. “Ciri pertama adalah pemanfaatan produk bio science berupa varietas yang berpotensi hasil tinggi. Seperti yang dikembangkan di sini (Nudira Fresh),” ujar Dedi.
Kedua yakni pemanfaatan alsintan dan prasarana dan sarana pertanian yang bisa menggenjot produktivitas. Ketiga adalah pemanfaatan big data, internet opting, artificial intelegent dan lain sebagainya. “Tentu hal itu akan meningkatkan produktivitas, kualitasnya tinggi, biaya operasional relatif rendah. Ini semua amat prospektif ke depan, utamanya bagi petani milenial, salah satunya melalui Smart Agriculture yang salah satu implementasinya adalah Smart Green House,” tuturnya.
Dengan teknokogi inovasi, Dedi menilai Smart Green House bisa dipantau dari mana saja dan kapan saja. Tentu hal itu harus diawali dengan sosialisasi dan pelatihan. “Kita harus petakan dulu yang mampu mengadopsi teknologi seperti itu siapa. Ternyata, mereka adalah petani milenial. Petani milenial dekat dengan perubahan, bahkan mereka sering membuat perubahan. Smart Green House ini ranahnya petani milenial,” ujarnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Dedi menilai Kementan memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. Ia pun meminta petani milenial memanfaatkan KUR Pertanian untuk mengembangkan budidaya pertanian mereka. “Manfaatkan KUR. Tentu pasarnya harus dikuasai dan tentu dukungan pemkab harus luar biasa terhadap petani milenial,” ujar Dedi.
Dedi tak menampik jika dalam mengembangkan sektor pertanian membutuhkan modal. “Maka manfaatkan itu (KUR Pertanian). Tinggal mereka ini difasilitasi,” tutur Dedi. Untuk mengembangkan kapasitas SDM petani milenial, Dedi menyebut Kementan memiliki beberapa program magang keluar negeri seperti ke Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Australia dan sejumlah negara lainnya.
“Selain itu ada pendidikan vokasi melalui Polbangtan. Lalu ada pula program penumbuhan wirausahawan baru, itu kita dampingi diberikan pelatihan bekerjasama dengan Himbara. Kita bangun DPM/DPA. Mereka tugasnya harus menjadi pionir dan meresonansi di wilayahnya,” tutur Dedi.
Sedangkan Wakil Bupati Bandung, Syahrul Gunawan ikut hadir sebagai Narasumber menjelaskan, wilayah pertanian di Kabupaten Bandung cukup luas. Secara geografis amat mendukung usaha pertanian, sehingga menjanjikan. “Dari perjalanan waktu, yang kami bisa support kaki lakukan seperti pembinaan kepada kelompok tani yang saat ini jumlahnya sebanyk 3.500 kelompok,” tutur Syahrul.
Selain itu, Syahrul menegaskan jika Pemkab Bandung juga melakukan pendekatan korporasi untuk memfasilitasi penen raya petani. “Kami siap mendukung penuh program petani milenial Kementan. Ada 27 hektar yang kami siapkan, silakan petani milenial dikelola. Kami ingin mereka yang mengelola wilayahnya. Ke depan kita coba bersinergi dengan sektor lainnya,” papar Syahrul.
Syahrul mengaku ingin anak-anak muda Bandung menjadi tuan rumah bagi sektor pertanian di wilayahnya sendiri. “Di sini ada berbagai macam komoditas pertanian sayuran. Kami juga kolaborasikan dengan sektor lainnya seperti pariwisata. Kami buat program jelajah kopi. Kolaborasi pariwisata dengan perkebunan. Banyak hal lain yang bisa kita combain menjadi agrowisata ke depannya,” tegasnya.
General Manager Nudira Fresh, Indra Bachtiar memaparkan, di Smart Green House miliknyabterdapat dua bagian yakni control climste dan smart irrigation. “Kita atur suhu dan irigasinya sudah otomatis dilakukan dengan alat. Tinggal disetting mesin akan berjalan otomatis. Dengan adanya Smart Green House ini kita harapkan adanya efisiensi nutrisi dan peningkatan produktivitas,” harap diam
Menurutnya, penggunaan inovasi teknologi dibutuhkan pembelajaran dan pelatihan. Komoditas utama yang dikembangkan Indra yakni tomat cherry. “Kebutuhan di Bandung 50 ton, kami baru bisa produksi 5-6 ton. Kami juga ekspor ke Timur Tengah dan Malaysia. Ada juga olahan seperti tomat kurma, saos tomat, wajit, bolu dan lainnya,” jelas dia.