Perkuat SDM Pertanian, Kementan Dorong Literasi Keuangan untuk Petani
KOLAKA – Kementerian Pertanian (Kementan) tak pernah berhenti meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satunya melalui program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Initiative (READSI) yang tengah diimplementasikan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Keterampilan petani yang terus meningkat berkat program READSI Kementan secara otomatis juga meningkatkan produktivitas pertanian yang dibudidayakan petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menuturkan, peningkatan kapasitas SDM pertanian merupakan hal mutlak yang harus terus menerus diupayakan. “Untuk menuju pertanian yang maju, mandiri dan modern, maka SDM pertanian harus terus ditingkatkan melalui berbagai macam program. Apalagi saat ini pertanian kita telah memasuki era 4.0 yang ditandai dengan penggunaan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian,” terang Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, peningkatan kapasitas SDM akan secara otomatis meningkatkan produktivitas pertanian. Dijelaskannya, ada tiga faktor utama pengungkit produktivitas yakni inovasi teknologi dan alat mesin pertanian (alsintan), peraturan perundang-undangan dan SDM pertanian. “Inovasi teknologi dan alsintan serta peraturan perundang-undangan dari pusat hingga daerah menyumbang masing-masing 25 persen terhadap peningkatan produktivitas. Yang pertama dan utama adalah SDM yang menyumbang 50 persen terhadap peningkatan produktivitas,” kata Dedi.
Untuk itu, jika pertanian ingin maju, maka Dedi menilai hal yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah SDM pertaniannya. Dari pengalamannya melakukan kunjungan kerja ke berbagai negara, Dedi melihat sendiri bagaimana SDM pertanian bertalian erat dengan peningkatan produktivitas, yang pada akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
“Tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor. Untuk mencapai hal tersebut, maka produktivitas harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan produktivitas harus dimulai dari peningkatan kapasitas SDM pertaniannya,” terang Dedi.
Kementerian Pertanian tengah melakukan Mid Term Review (MTR) program READSI, terkait kegiatan Rural Finance dan Literasi Keuangan yang salah satunya dilakukan di Kabupaten Kolaka. Manager Program READSI Kabupaten Kolaka, Jumadi menjelaskan, pada awal program, petani dilatih berdasarkan jenis komoditas. “Setelah itu petani diberikan kebebasan sendiri memilih materi-materi pelatihan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Artinya, materi yang mereka butuhkan benar-benar materi yang bisa diterapkan di usaha taninya,” kata Jumadi, Senin (4/10/2021).
Setelah diberikan pelatihan di lapangan, lalu petani diberikan sarana produksi. “Alhamdulillah sudah ada peningkatan dalam produksi,” terangnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukannya, Jumadi menilai petani amat terbantu dengan kehadiran program READSI. “Artinya, terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan melalui SDM, bahkan di beberapa tempat pada budidaya kakao ada peningkatan produksi setelah kami berdiskusi dengan petani. Sampai menghasilkan Rp3 juta per hektar,” ujar Jumadi.
Ke depan, yang perlu diperkuat menurutnya adalah literasi keuangan agar petani dapat mengakses modal ke perbankan. “Tentu ini kita mulai dari petani dulu, bagaimana mereka mempersiapkan pencatatan, perencanaan, bagaimana mereka bisa mengakses ke bank,” tutur dia.
Ke depan, Jumadi berharap berharap pusat dan daerah bisa bekerjasama dalam program READSI. Sebab, sejak tiga tahun berjalan terbukti program ini sudah bermanfaat bagi petani. “Sekarang petani ini tinggal mempersiapkan khususnya di literasi keuangannya. Tentu harapan kami melalui pengelolaan usaha bagaimana pinjam modal ke bank ke depannya tidak ada masalah. Mudah-mudahan dengan ilmu ini bermanfaat bagi petani,” harap dia.
Diharapkan, dengan kemampuan yang semakin meningkat maka akan meningkat pula kesejahteraan petani di Kabupaten Kolaka. “Pada akhirnya petani akan mandiri merancang dengan sendirinya program yang akan dilakukannya,” tutur dia.