Untuk Perkuat Daya Saing Hadapi Ekonomi Digital, 3 Hal Penting Disampaikan LaNyalla

BANDA ACEH – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan ada 3 hal penting yang harus diperhatikan untuk memperkuat daya saing menghadapi ekonomi digital, yang memiliki prospek luar biasa besar.

Hal itu disampaikan LaNyala secara virtual saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional Kewirausahaan bertajuk ‘Bisnis Kreatif di Era Digital, Mendukung Ekonomi Indonesia Tangguh dan Tumbuh’ yang diselenggarakan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Selasa (28/9/2021).

Pertama, yang harus dibenahi adalah kesiapan Sumber Daya Manusia. Karena SDM adalah pilar dasar dalam ekosistem inovasi digital. Senator asal Jawa Timur itu menjelaskan, digital hanyalah alat, sedangkan skema, inovasi, terobosannya, peruntukannya, berdasarkan perencanaan dari manusia.

“DPD RI akan terus mendorong pengembangan SDM dengan kompetensi digital. Dan kami ingin mendorongnya bukan hanya terpusat di kota besar, tapi di seluruh pelosok Tanah Air, melalui sistem pendidikan yang baik, termasuk melalui dunia vokasi,” ujarnya.

Kedua, kesiapan infrastruktur. Saat ini, fasilitas infrastruktur telekomunikasi memang belum merata. Hanya di kawasan barat Indonesia yang pembangunannya tampak masif. Sedangkan di kawasan timur Indonesia relatif belum memadai. Akibatnya, terjadi kesenjangan digital. Mayoritas pengguna internet pun hanya berpusat di Jawa, Sumatera, dan Bali.

“Tanpa pemerataan infrastruktur telekomunikasi, tentu akan sulit untuk menciptakan pengusaha-pengusaha kreatif dengan sentuhan digital di pelosok-pelosok negeri. Oleh karena itu, DPD RI terus mendorong kementerian terkait, agar mewujudkan akses digital yang merata di seluruh Tanai Air,” lanjutnya.

Ketiga, perlunya kesiapan regulasi. Karena dunia digital adalah dunia yang begitu dinamis. Perubahannya sangat cepat. Bukan dalam hitungan tahun, tapi perubahannya dalam hitungan hari, bahkan jam.

“Maka pemerintah harus menyiapkan regulasi yang tidak kuno, yang mengakomodasi perkembangan zaman, namun tetap dalam koridor aturan yang baik dan memihak bangsa.

Termasuk di dalamnya, misalnya, aturan perpajakan yang harus win-win solution untuk kepentingan pengembangan ekonomi digital, sekaligus meningkatkan pendapatan negara yang akan digunakan untuk pembangunan bangsa,” tutur LaNyalla lagi.

Ketiga catatan yang disampaikan olehnya itu, menurut LaNyalla harus segera diwujudkan oleh pemerintah. Agar pengusaha dan produk lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sebab sejauh ini masih marak produk impor di berbagai marketplace Indonesia.

Dimana 90 persen bahkan 95 persen, penjual di marketplace adalah orang lokal. Tetapi produk yang dijual justru kebalikannya, sekitar 90 persen adalah impor.

“Nilai transaksi belanja online kita dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2020 lalu mencapai Rp 266 triliun. Ini harus menjadi perhatian bersama karena begitu besarnya nilai transaksi belanja online kita yang sampai ratusan triliun itu mayoritas dibelanjakan untuk produk impor. Penjual di marketplace hanya ambil marjin, nilai tambah utama ada pada produsen di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan belum kompetitifnya dunia usaha kita, sehingga masih kalah bersaing dengan produk impor yang jauh lebih murah,” jelasnya.

Banyak riset menunjukkan, ekonomi digital Indonesia akan tumbuh delapan kali lipat pada tahun 2030. Nilainya diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun, dengan Rp 1.900 triliun atau 34 persennya dari belanja elektronik.

Luar biasa besar, mengingat populasi bangsa Indonesia yang juga besar. Sehingga menjadikannnya sebagai pasar prospektif dari ekonomi digital.

“Yang ingin saya tekankan dalam hal ini adalah ayo bersiap. Tidak ada kata terlambat. Semua anak muda harus bersiap, dari Sabang sampai Merauke. Jangan sampai besarnya pasar ekonomi digital itu justru dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri,” ajaknya.

Ditambahkan oleh LaNyalla, ekonomi digital juga bukan hanya bicara soal belanja online. Di dalamnya ada berbagai segmen bisnis. Ada game, ada aplikasi, ada software, ada teknologi bidang kesehatan, dan sebagainya. Termasuk juga perkembangan teknologi gelombang baru atau gelombang kedua dunia digital, seperti teknologi 5G, Internet of Things, blockchain, artificial intelligence, dan cloud computing.

“Semuanya itu jika kita tangkap dengan baik peluangnya, tentu akan sangat memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi bangsa kita,” ucap dia.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *