Inovasi Teknologi Kementan Sukses Dorong Petani Gorontalo Dapatkan Nilai Tambah
GORONTALO – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen membangun sektor pertanian ke arah yang lebih maju, mandiri dan modern. Peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani menjadi sasaran utama dari kegiatan yang dirancang Kementan.
Salah satunya melalui program Rural Empowerment and Agriculture Scaling-up Initiative (READSI) yang dikomandani oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan. Salah satu kabupaten yang menerima program ini adalah Kabupaten Gorontalo.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, salah satu tujuan utama pembangunan pertanian nasional adalah peningkatan kapasitas diri petani dan penyuluh. Sebab, kata Mentan SYL, sektor pertanian Indonesia sudah memasuki era 4.0, di mana bertani kini telah menggunakan sentuhan inovasi teknologi.
“Era 4.0 mensyaratkan kapasitas SDM pertanian yang mumpuni. Maka, peningkatan kapasitas SDM pertanian itu merupakan hal mendasar yang harus kita capai jika pertanian kita ingin maju,” kata Mentan SYL.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, SDM pertanian adalah faktor penting pengungkit produktivitas. Sulit bagi kita untuk meningkatkan kapasitas produksi jika kualitas SDM masih rendah. “SDM itu amat menentukan arah pertanian kita. Kalau kita mau kejar peningkatan produktivitas, maka hal utama yang harus dilakukan adalah meningkatkan terlebih dahulu SDM pertaniannya,” tutur Dedi.
Saat ini, Dedi melanjutkan, produktivitas pertanian Indonesia masih terbilang rendah. Dalam 15 tahun terakhir, produktivitas pertanian Indonesia stagnan di angka 5,1 ton per hektar.
“Produktivitas kita poco-poco (fluktuatif). Kalau pun naik menjadi 5,2 ton per hektar, lalu turun lagi di angka 5,1 ton per hektar. Sudah saatnya kita genjot produktivitas kita kalau ingin swasembada pangan. Kita mulai dengan SDM-nya,” ujar Dedi.
Salah satu program peningkatan kapasitas SDM menurut Dedi adalah READSI. Program ini mengajarkan petani dan penyuluh mulai dari hulu hingga hilir. “Mulai dari pengolahan tanah, pemupukan hingga pascapanennya diajarkan melalui sekolah lapang. Sentuhan teknologi mengubah mainset petani dalam mengolah budidaya pertanian mereka,” tutur Dedi.
Benar saja apa yang dikatakan Dedi. Program READSI Kementan betul-betul berdampak positif terhadap peningkatan kapasitas dan produktivitas pertanian. Salah satunya sebagaimana terekam di Desa Tabongo Timur, Kecamatan Tabongo, Kabupaten Gorontalo. Ya, kelompok tani di Desa Tabongo Timur merupakan salah satu penerima manfaat program READSI Kementan.
Erna Wiyanti, seorang petani jagung di desa tersebut bersyukur mendapat sentuhan program READSI Kementan. Banyak hal yang ia pelajari hingga akhirnya budidaya pertanian mereka bisa berkembang pesat.
Hal senada diungkapkan oleh Ahmad yang merupakan petani kelapa. Sekolah lapang READSI Kementan benar-benar mengubah cara budidaya pertanian yang dilakukannya bersama rekan-rekannya selama ini. Hasilnya pun luar biasa. Produktivitas pertaniannya melonjak drastis. “Sebelum kami tersentuh program READSI Kementan, buah kelapa saya hanya 15 biji saja satu pohon. Tapi setelah kami mendapat program ini buah kelapa menjadi 50 biji satu pohon,” tutur Ahmad.
Ahmad pun diajarkan mengolah buah kelapa. Kini ia tak hanya menjual buah kelapa, tetapi juga sudah dalam bentuk kelapa olahan. “Sekarang saya tidak hanya menjual kelapa, tetapi ada juga yang sudah diolah menjadi koprah atau minyak kelapa. Kami mendapatkan nilai tambah dengan adanya program READSI Kementan ini,” tutur Ahmad.
Begitu juga dengan Usman yang melakukan budidaya jagung. Dengan program READSI produktivitas pertaniannya ikut melonjak tajam. “Awalnya hanya 1 ton per hektar. Tapi sekarang sudah menjadi 5 ton per hektar. Sekolah lapang amat berarti bagi kami dalam mengubah proses budidaya pertanian,” ujarnya.
Direkur Program International Fund for Agriculture Development (IFAD) untuk Kawasan Asia Pasifik, Ivan Cossio menjelaskan kedatangannya. Menurutnya, kehadirannya ke Kabupaten Gorontalo untuk melakukan monitoring dalam rangka review pertengahan project. “Tujuannya untuk melihat progres, hal apa yang harus kami persiapkan dari sekarang untuk kelanjutan program ini khususnya di Kabupaten Gorontalo dan Provinsi Gorontalo,” tutur Ivan.
Melalui program READSI, Ivan berharap petani dapat lebih berdaya dan mampu meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan dirinya. “Kami ingin program ini menjadi jalan atau pedoman baru bagi petani. Kami tak mau setelah program selesai, kehidupan petani kembali seperti semula,” tutur dia.
Bersyukur, Ivan menilai program READSI Kementan berjalan cukup baik dari kunjungannya ke beberapa kabupaten di Gorontalo. “Sesuai ekspektasi dan berjalan dengan baik. Kami berharap di masa mendatang petani dapat mandiri dalam membudidayakan pertanian mereka, serta dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,” harap Ivan.
Selanjutnya, akan disusun program kembali untuk dua tahun ke depan sebelum program selesai. “Kita akan buatkan rumusan untuk keluar dari program. Sehingga, begitu program selesai petani sudah mandiri”.(*)