Pengetahuan dan Teknik Budidaya Pertanian Petani Pohuwato Diperkaya Kementan

POHUWATO – Program Rural Empowerment and Agriculture Scaling-up Initiative (READSI) yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) dirasakan betul manfaatnya oleh petani di Desa Dudepo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Hal itu terungkap dalam pada kegiatan monitoring dalam rangka review pertengahan program READSI di Marina Beach Resort, Senin (20/9/2021).

Program READSI Kementan membawa dampak positif, di mana produktivitas mereka meningkat berkat teknik budidaya pertanian yang diajarkan oleh Kementan. Dari hasil dialog perwakilan tim IFAD dengan tujuh kelompok tani di Desa Dudepo, rata-rata produktivitas pertanian mereka mengalami peningkatan pesat setelah tersentuh program READSI Kementan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, salah satu hal yang tengah menjadi fokus perhatian lembaganya adalah produktivitas dan kesejahteraan petani. “Produktivitas merupakan tolok ukur keberhasilan sektor pertanian. Ketika produktivitas meningkat, kebutuhan pangan 270 juta rakyat terpenuhi, kesejahteraan petani juta meningkat,” kata Mentan SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, peningkatan kapasitas SDM pertanian merupakan faktor penting yang harus terus diupayakan jika ingin sektor pertanian kita semakin bergerak maju. Menurutnya, SDM merupakan faktor pengungkit utama terhadap produktivitas. “Inovasi teknologi dan mekanisasi serta peraturan perundangan itu masing-masing menyumbang 25 persen terhadap peningkatan produktivitas. Yang pertama dan utama adalah SDM pertanian yang menyumbang 50 persen terhadap peningkatan produktivitas,” terang Dedi.

Mengapa penting untuk diupayakan, sebab menurut Dedi hal tersebut merupakan bagian penting dari tujuan pembangunan pertanian nasional kita. “Tujuan pembangunan nasional kita adalah menyediakan pangan bagi seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor. Dengan produktivitas yang meningkat, tujuan pembangunan pertanian kita tercapai,” papar Dedi.

Pada saat yang sama, pembangunan kapasitas SDM harus dimulai secara komprehensif. Melalui program READSI Kementan ini Dedi menilai pembangunan kapasitas SDM pertanian dilakukan mulai dari hulu hingga hilir. “Petani diajarkan bagaimana mengolah lahan, bagaimana budidaya yang baik dan benar, pemupukan yang baik, mengatasi hama hingga penanganan pascapanen,” tutur Dedi.

Hal itu sejalan dengan apa yang dirasakan oleh petani. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Oyan Paminta dari Kelompok Tani Semangat Jaya 2 di Desa Dudepo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Oyan dan kelompok taninya membudidayakan jagung. Sebelum tersentuh program READSI, produksi jagung mereka rata-rata hanya 3 ton per hektar. “Setelah tersentuh program READSI produksi menjadi naik sebesar 5-6 ton per hektar. Kendala kami adalah lahan pertanian kami miring,” ujarnya.

Yanti ismail dari Kelompok Tani Bintang Utara menjelaskan, ia dan rekan-rekannya yang merupakan petani cabai cukup senang mendapatkan program READSI ini. “Ada perbedaan budidaya. Awalnya kami menanam dengan pola tradisional. Sekarang sudah mulai tersentuh teknologi,” papar petani wanita ini.

Ketua Kelompok Harapan 2, Rustam mengakui hal sama. Menurutnya, produksi pascapanen sudah mengalami peningkatan drastis, dari yang awalnya sangat minim. “Kelompok kami menanam padi. Sebelumnya panen kami hanya 1 hektar per ton. Sekarang mencapai 4 ton per hektar beras,” ujar dia.

Menurut Rustam, sekolah lapang yang merupakan program awal READSI Kementan mengajarkan dengan baik petani untuk menanam yang benar. “Jarak tanam, mengatasi hama, pola tanam itu yang berhasil meningkatkan produksi kami. Jajar legowo itu sangat berarti. Sebelumnya kami belum mengenal istilah ini. Hasilnya memuaskan. Sekolah lapang itu sangat berarti,” ujar dia.

Mereka sependapat jika program READSI Kementan sangat menyentuh dan mengangkat derajat petani. Hasilnya budidaya pertanian mereka meningkat. Kapasitas diri juga bertambah. Pada akhirnya, program READSI Kementan meningkatkan pola hidup, hasil panen dan kesejahteraan petani.

Sebagaimana diketahui, berkat program READSI Kementan petani di Desa Dudepo memiliki pendapatan lebih. Ada tujuh kelompok tani yakni Kelompok Tani Semangat Jaya 2 (jagung) dengan tabungan Rp5.300.000, Kelompok Tani Harapan 2 (padi) dengan tabungan Rp15.792.000, Kelompok Tani Bintang Utara (pekarangan) dengan tabunganbRp1.200.000, Kelompok Tani Bukit Harapan (cabai) dengan tabungan Rp1.250.000, Kelompok Tani Melati (pekarangan) dengan tabungan Rp1.450.000, Kelompok Tani Harapan (jagung) dengan tabungan Rp1.700.000 dan Kelompok Tani Semangat Jaya 3 (jagung) dengan jumlah tabungan senilai Rp2.500.000.

Hal serupa juga dirasakan oleh tujuh kelompok tani di Desa Iloheluma kecamatan yang sama. Dari tujuh kelompok tani, seluruhnya merasakan manfaat kehadiran program READSI Kementan.

Maswan Moontuna salah satu kelompok tani yang menanam jagung mengatakan produksi pertanian kelompoknya meningkat dari 5 ton menjadi 7 ton sejak tersentuh program READSI Kementan.

“Ada banyak pelajaran yang kami dapatkan dengan program READSI ini, utamanya dalam hal peningkatan pengetahuan petani dan peningkatan budidaya tanaman kami,” katanya.

Direkur Program International Fund for Agriculture Development (IFAD) untuk Kawasan Asia Pasifik, Ivan Cossio menjelaskan kedatangannya. Menurutnya, kehadirannya ke Kabupaten Pahuwato untuk melakukan monitoring dalam rangka review pertengahan project. “Tujuannya untuk melihat progres, hal apa yang harus kami persiapkan dari sekarang untuk kelanjutan program ini khususnya di Kabupaten Pahuwato dan Provinsi Gorontalo,” tutur Ivan.

Melalui program READSI, Ivan berharap petani dapat lebih berdaya dan mampu meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan dirinya. “Kami ingin program ini menjadi jalan atau pedoman baru petani. Kami tak mau setelah program selesai, kehidupan petani kembali seperti semula,” tutur dia.

Manager Project READSI Kementan, Bayu Rahmawan mengaku senang bisa berkomunikasi langsung dengan pemerintah daerah untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan program READSI di lapangan. “Selanjutnya kita bisa melihat harapan pemda yang diimplementasikan dalam bentuk kegiatan di lapangan berkaitan dampak langsung dengan petani. Kita juga ingin melihat pemda mempunyai komitmen dan concern terhadap petani,” ujar Bayu.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, Kamri Alwi menjelaskan, sejak ada program READSI Kementan produktivitas pertanian di Kabupaten Pohuwato melonjak drastis. Kapasitas petani dan mainset berfikir mereka berubah drastis. “Di Kabupaten Pohuwato ini ada 126 kelompok tani. Masing-masing kelompok berjumlah 25 petani,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *