Kesejahteraan Petani Bone Bolango Meningkat Hasil dari Program Kementan
BONE BOLANGO – Sebanyak 21 kelompok tani (poktan) di tiga desa di Kecamatan Bonepantai yakni Desa Bilungala Utara, Desa Tunas Jaya dan Desa Tunggulo, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo merasakan betul dampak program Rural Empowerment and Agriculture Scaling-up Initiative (READSI) yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan).
Program READSI Kementan berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas pertanian di tiga desa tersentuh program READSI Kementan tersebut.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menuturkan, peningkatan produktivitas dan daya saing adalah hal pertama dan utama yang mesti diupayakan.
“Untuk peningkatan produktivitas, beberapa program seperti akses KUR (Kredit Usaha Rakyat), alat mesin pertanian (alsintan) dan faktor pendukung lainnya terus diprogramkan,” kata Mentan Syahrul. Sedangkan untuk meningkatkan daya saing, kapasitas insan pertanian terus digembleng melalui pelatihan-pelatihan, baik kekhususan maupun tematik.
“Peningkatan daya saing ini erat kaitannya dengan SDM. Jika SDM pertanian kita andal, saya yakin dan optimistis daya saing kita juga akan terangkat. Tentu kita bisa bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring dan kerja sama yang kuat,” ujar Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, sektor pertanian saat ini tidak sama lagi dengan pertanian sebelumnya.
Saat ini, kata Dedi, kita sudah masuk dalam era pertanian internet of thinking, menggunakan artificial intelegent dan penggunaan satelit. Maka dari itu, kapasitas SDM pertanian pun harus terus menerus ditingkatkan.
“Peningkatan kapasitas SDM pertanian adalah hal yang pernah dan tak boleh berhenti. Pembangunan sektor pertanian itu harus dimulai dari pembangunan SDM pertaniannya,” kata Dedi menjelaskan.
Dikatakannya, ada banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM pertanian. Salah satunya melalui program READSI yang tengah diimplementasikan di berbagai daerah.
“Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui pelatihan dan bimbingan teknis (Bimtek) supaya mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan para petani. Program READSI ini membangun kapasitas SDM petani dan penyuluh secara komprehensif,” tutur Dedi.
Sebagaimana diketahui, ada tiga desa di Kecamatan Bonepantai yang tersentuh program READSI Kementan, masing-masing adalah Desa Bilungala Utara, Desa Tunas Jaya dan Desa Tunggulo menerima program ini sejak tahun 2019. Program READSI Kementan dimulai dengan pembangunan kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) pertanian. Melalui sekolah lapang, para petani diajarkan teknik mengolah budidaya pertanian, mengolah lahan, pemupukan, penanganan hama, panen dan pascapanen.
Bahrun misalnya, petani cabai asal Desa Bilungala mengaku mendapat keuntungan berlipat ganda setelah tersentuh program READSI Kementan. Dahulu, sebelum mengikuti program ini, Bahrun dan rekan-tekannya di kelompok tani hanya melakukan budidaya cabai seadanya, tanpa pengetahuan yang mumpuni.
“Di program READSI Kementan ini kami mengikuti sekolah lapang. Di sekolah lapang kami diajarkan bagaimana cara pemupukan, penyemprotan hingga pascapanen,” ujar dia saat ditemui tim monitoring pertengahan program READSI Kementan, Rabu (22/9/2021).
Hal senada diungkapkan Idris, yang juga petani cabai dari Desa Bilungala. Sebelum mengikuti program READSI, hasil panen budidayanya sebanyak 50 kilogram. “Setelah kami mendapatkan pelajaran sekolah lapang, kami implementasikan pada budidaya pertanian kami, hasil produksi pertanian kami meningkat dua kali lipat, bahkan pernah sampai 300 kilogram sekali panen,” jelas dia.
Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa yang sama mengaku kini bisa memiliki pendapatan sendiri setelah mengenal program READSI Kementan. Seperti yang diutarakan Mersi Pakaya, yang saat ini menanam hortikultura memanfaatkan pekarangan rumahnya.
“Saya sebelumnya tidak bertani. Tapi dengan sekolah lapang, saya diajarkan cara menanam, merawatmemupuk dan penggemburan lahan, sehingga sekarang saya memiliki pemasukan dari bertani,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh petani di Desa Tunas Jaya. Gandi Muhammad sebagai petani jagung yang mengalami lonjakan hasil budidaya pertaniannya. Salah satunya bisa diwujudkan dengan membangun sanggar khusus untuk petani milenial. Ia bersama rekan-rekannya di kelompoknya merasa terbantu dengan kehadiran program READSI Kementan. Tak hanya diberi bantuan, yang terpenting adalah wawasan yang didapatnya.
“Kami diajarkan budidaya, pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman dan mengatasi hama hingga pascapanen. Ada perbedaan pendapatan. Kami bisa membangun sanggar ini,” tutur Gandi.
Di desanya menurut Gandi ada tujuh kelompok. Mereka membudidayakan cabai, tomat, bawangdan jagung.
Agus dari kelompok tani yang membudidayakan cabai menjelaskan, sekolah lapang amat bermanfaat bagi kelompoknya. ” Manfaatnya besar dari pengolahan sampai pascapanen. Hasil produksi kami juga meningkat,” ujarnya.
Muhammad Siddiq Pakaya selaku penyuluh di dua desa menjelaskan, dengan program READSI Kementan ia membantu memfasilitasi kegiatan usaha tani di kelompok tani. “Saya memfasilitasi pengolahan tanah yang baik sempurna. Kami selaku pendamping dengan program READSI Kementan ini begitu banyak pengalaman yang kami terima, baik untuk penyuluh maupun petani. Kami jadi banyak ilmu dan pengalaman,” tutur Siddiq.
Dahulu, petani binaannya masih tradisional dalam mengolah budidaya pertanian. Kini mereka mulai tersentuh teknologi, yang berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas pertanian mereka. “Program READSI Kementan mengubah cara bertani dan pola pikir mereka. Ada perubahan karakter dan perubahan perilaku, sehingga kesejahteraan mereka juga meningkat,” ujar Siddiq.
Ia berharap ke depan program ini terus berlanjut, karena memiliki imbas positif bagi petani dan penyuluh. Petani lainnya di Desa Tunggulo, Yudin Latip bersyukur pada akhirnya dapat ilmu bercocok tanam dari program ini. “Sebelumnya kami tak memiliki pengetahuan dasar. Hanya sekadar menanam saja. Hasilnya pun seadanya,” papar dia.
Hal senada diungkapkan Saleh Hasan, petani jagung di desa yang sama. Berkat program READSI Kementan ia jadi faham memilih benih dan pembibitan. “Produktivitas dan kesejahteraan kami meningkat berkat program READSI Kementan,” tutur dia.
Direkur Program International Fund for Agriculture Development (IFAD) untuk Kawasan Asia Pasifik, Ivan Cossio menjelaskan kedatangannya. Menurutnya, kehadirannya ke Kabupaten Bone Bolango untuk melakukan monitoring dalam rangka review pertengahan project. “Tujuannya untuk melihat progres, hal apa yang harus kami persiapkan dari sekarang untuk kelanjutan program ini khususnya di Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo,” tutur Ivan.
Melalui program READSI, Ivan berharap petani dapat lebih berdaya dan mampu meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan dirinya. “Kami ingin program ini menjadi jalan atau pedoman baru bagi petani. Kami tak mau setelah program selesai, kehidupan petani kembali seperti semula,” tutur dia.
Bersyukur, Ivan menilai program READSI Kementan berjalan cukup baik dari kunjungannya ke beberapa kabupaten di Gorontalo. “Sesuai ekspektasi dan berjalan dengan baik. Kami berharap di masa mendatang petani dapat mandiri dalam membudidayakan pertanian mereka, serta dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,” harap Ivan.
Manager Project READSI Kementan, Bayu Rahmawan mengaku senang bisa berkomunikasi langsung petani untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan program READSI di lapangan. “Selanjutnya kita bisa melihat harapan para petani, apa yang sudah mereka lakukan dan bagaimana manfaat dari program READSI Kementan ini” ujar Bayu.
Bayu menilai imbas positif program ini dirasakan langsung oleh petani, baik terhadap peningkatan produktivitas mereka maupun peningkatan pendapatan petani. “Orientasi dari program ini adalah kemandirian dan peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas budidaya pertanian mereka,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bone Bolango, Roswaty Agus menjelaskan bahwa program READSI Kementan tahun ini memasuki tahun ketiga di wilayahnya. Dari hasil diskusinya dengan petani, Roswaty menjelaskan jika diharapkan jangkauan program ini diperluas.
“Kami mendukung penuh program ini dengan menganggarkan untuk fasilitator melalui APBD pada tahun 2021 ini. Dua tahun sebelumnya pendanaan fasilitator desa masih dibiayai pihak ketiga. Kami berharap penyuluh dapat menjalankan tugasnya dengan baik,” ujar dia.
Roswaty berharap agar program ini dapat dijalankan maksimal sehingga target sasaran yakni peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani dapat dicapai. “Selain itu, berdasarkan data BPS tingkat kemiskinan itu ada pada masyarakat petani. Dengan demikian, program ini juga berupaya mengentaskan kemiskinan di wilayah kerja kami,” tutur dia.(*)