Zona Hijau Terwujud Berkat Kerjasama Semua Pihak Pariwisata di NTB

LOMBOK – Program vaksinasi untuk menciptakan zona hijau di destinasi wisata NTB terus digenjot. Seperti di tiga Gili yang kini sudah mencapai 90 persen. Bahkan di Gili Trawangan program vaksin sudah hampir mencapai 100 persen dan zona hijau mulai tercipta.

Kondisi zona hijau dan PPKM yang sudah masuk level 3 menjadi angin segar bagi Pariwisata Lombok. Saat masyarakat sudah mulai vaksin dua kali (2 dosis) dengan harga test antigen yang terjangkau untuk perjalanan darat, udara dan laut, orang pun sudah mulai melakukan perjalanan. Diharapkan ke depannya semakin banyak destinasi zona hijau sehingga PPKM terus turun level hingga sampai kita pada kehidupan normal.

“Sebenarnya kita saat ini mengejar zona hijau dan untuk Gili sendiri sudah 90 persen warga divaksin dua kali. Kita berharap destinasi zona hijau ini bisa terjaga,” kata Lalu Kusnawan GM Hotel Wilson yang juga Ketua Gili Hotel Asociation.

Menurut Lalu untuk membangkitkan kembali pariwisata memang butuh kerjasama semua pihak, satu sama lain. Lalu menyarankan pemerintah daerah mau mendukung pelaku industri wisata khususnya Gili agar bisa terus menjaga zona hijau. “Semisal kami yang di Gili ini dibantu agar bisa screening dilakukan di pelabuhan-pelabuhan yang menuju ke Gili. Agar destinasi zona hijau bisa terus terjaga. Artinya kita tidak sekedar menjaga zona hijau di tempat property tetapi di destinasi dan destinasi itu melibatkan semua pihak,” ujar Lalu.

Dikatakan Lalu, pelaku-pelaku usaha yang bertahan untuk tetap buka juga harus mendapat apresiasi. “Karena mereka sudah menjadi trigger di masa pandemi. Sebab kalau semua tutup, destinasi juga akan tutup, kita akan sulit untuk mengembalikan ranking ke posisi sebelumnya. Akan lebih sulit lagi untuk bangkit. Ini juga yang jadi alasan kami untuk tetap buka meski tak ada pengunjung,” kata Lalu

Dengan mulai datangnya pengunjung, meski masih sedikit, destinasi akan hidup kembali. Jika pengunjung sudah mulai nyaman, tidak lagi khawatir, geliat pariwisata pun akan bangkit. Seperti yang dirasakan Bassok pengelola Sama-Sama Reggaebar di Gili Trawangan. “Ya kalau sekarang mulai ada lah pengunjung. Meski masih datang dari market dalam negeri,” kata Bassok yang sudah jatuh bangun mengelola Sama-sama Reggaebar.

Baik Lalu maupun Acok zani bassok mengakui kalau market saat ini adalah dalam negeri. Untuk itu jiwa hospitality dari pelaku pariwisata harus dikembangkan. Masyarakat di daerah destinasi harus diberi kesadaran.

Selain memberi kesadaran akan pentingnya memiliki hospitality pada masyarakat, kemudahan transportasi ke daerah destinasi juga harus diperhatikan. “Wisatawan harus diberi banyak pilihan transportasi. Akses semakin dipermudah ke daerah-daerah destinasi. Sehingga ada penopangnya.
Misalkan orang mau ke Gili. Nah, selain ke Gili mereka harus diberikan pilihan agar juga bisa ke destinasi lain. Sehingga mudah membuat paket-paket wisata” kata Lalu yang juga diamini Bassok.

Sementara itu pemerintah provinsi NTB tengah mematangkan persiapan lima destinasi yang akan masuk dalam zona wisata hijau. Kelimanya adalah Gili Indah (Trawangan, Meno dan Air) di Kabupaten Lombok Utara, Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Moyo di Sumbawa, serta Tambora di Kabupaten Dompu dan Bima.

Kepala Dinas Pariwisata NTB H Yusron Hadi menjelaskan, untuk masuk dalam zona wisata hijau, tempat itu harus memenuhi sejumlah kriteria. Masuk dalam indikatornya adalah jumlah kasus COVID-19 yang rendah, mudah mengontrol orang-orang untuk masuk dan keluar dari daerah tersebut, dan masyarakat maupun pelaku wisata harus sudah divaksin.

“Masyarakat juga diimbau untuk disiplin dan taat protokol kesehatan (prokes). Selain itu, siap divaksinasi dan mendukung program pemerintah daerah menanggulangi meluasnya COVID-19 di NTB,” kata Yusron Hadi.

“Syukur kalau sekarang kasus covid-19 terus menurun seiring gencarnya program vaksinasi. PPKM sudah turun ke Level 3, tinggal mari kita sama-sama menjaganya sehingga sampai turun terus dan menjadi hanya level satu,” kata Yusron.

“Sementara itu menurut tokoh pariwisata Indonesia Taufan Rahmadi, pada fase SOS di masa pandemi ini, pemerintah harus benar-benar hadir dengan memastikan insentif kepada masyarakat khususnya pelaku pariwisata agar secepatnya bisa dicairkan, memastikan bantuan berupa hand sanitizer, masker, sabun cuci tangan dan lain-lainnya selalu ada dan tersedia di destinasi.

Selanjutnya, kecenderungan masyarakat untuk berwisatapun berubah, yakni dengan mengunjungi tempat-tempat terdekat sehingga hal tersebut bisa menjadi trigger untuk desa-desa wisata berbenah dan bangkit dengan menyiapkan tempat wisata yang aman dan nyaman untuk dikunjungi berdasarkan keunikan masing-masing dan tetap dengan protokol kesehatan yang selalu dijaga.

Kemudian pada fase Healing on Tourism (HOT) yakni fase ketika dilakukannya pemulihan Kembali kunjungan wisatawan, mendesign ulang marketing agar bukan hanya wisatawan domestik saja yang datang tetapi juga wisatawan mancanegara.

“Pada tahapan ini, pemerintah Kembali harus menjadi yang terdepan dengan mendorong terhadap akomodasi-akomodasi termasuk café dan restaurant, destinasi-destinasi agar memiliki standar CHSE untuk memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Karena sebaran covid-19 tak menentu, kadang ada yang naik, kadang ada yang turun bahkan tidak ada, maka pemerintah harus membuat zona hijau pariwisata, bubble destination yang memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan dalam berkunjung. Termasuk apabila ada wisatawan yang terpapar covid-19 di destinasi, protokol evakuasinya juga disiapkan,” tutur Taufan.

Selanjutnya, mempercepat vaksinasi di destinasi wisata termasuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar sesegera mungkin mengikuti vaksinasi. Gelaran World Superbike pada 12-14 November 2021 mendatang, dan Tes Pramusim MotoGP pada 11-13 Februari 2022 dan Balapan utamanya yang direncanakan pada Maret 2022 mendatang adalah momentum kebangkitan pariwisata Indonesia.

Untuk itu, demi memastikan 3 event besar tersebut terselenggara, vaksinasi harus terus di gencarkan. Pemerintah baik tingkat nasional dan daerah didukung semua stakeholder pariwisata harus Sprint, inilah saatnya untuk Gercep, Geber, dan Gaspol bersama-sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *