Vaksin Sudah Capai 90%, Pelaku Usaha di Gili Optimis Bangkit
LOMBOK – Para pelaku pariwisata di Gili mulai optimis bisa kembali bangkit. Apalagi, pelaksanaan vaksin di kawasan Gili sudah mencapai 90%. Optimisme ini disampaikan Gili Hotel Association, Lalu Kusnawan.
“Kita menjamin destinasi wisata di sini vaksin sudah sampai 75% hingga 90% untuk masalah vaksin. Yang kita kesusahan itu adalah kita harus mengubah market yang dari mancanegara ke domestik. Itu PR besar, dan boleh ditanya itu yang sulit hanya 30%. Gili ini dibilang 30% bukan tempat orang Indonesia, melainkan mancanegara dan itu sudah terkonsep,” katanya.
Lalu Kusnawan menjelaskan, skema yang harus diubah dari sisi harga. Karena, saya lihat berbanding terbalik, ketika kita berbicara tentang mancanegara. Kedua masalah waktu, ketiga masalah fasilitas.
“Kita tidak berbicara di luar NTB, tapi dalam NTB, atau lokal. Bagaimana caranya orang lokal datang ke destinasi terus menyeberang. Hanya saja, memang itu butuh biaya tambahan, dan itu menjadi PR bersama,” jelasnya.
Salah satu yang juga menjadi perhatian adalah masalah listrik. Menurut Lalu Kusnawan, para pelaku wisata berharap ada kebijakan dari PLN. Pasalnya, pemasukan pelaku usaha sedang menurun.
“Saya minta ada keringanan ke PLN, karena semasa pandemi ini properti semua ada kebijakannya sendiri-sendiri. Sebenarnya banyak yang kita mau angkat. Tapi, utamanya yang sudah dibuka itu adalah green zone, bisa dicek ke dinas kesehatan bahwa kita ini sudah menerapkan SOP bagaimana cara penanganan Covid-19 ini,” katanya.
Lalu Kusnawan mengaku sudah berbicara dengan pemerintah, terutama ke Kemenparekraf, mengenai CHSE.
“Tahun kemarin sudah jalan, tapi kalau di Gili ini kita tidak berbicara properti untuk saat ini, kita berbicara destinasi wisata yang di CHSE-nya, biar ada perhatiannya pemerintah. Kita di Gili ini hampir 99,9% hotel dan para pelakunya itu sudah mengerti, bagaimana cara menerima tamu bagaimana cara orang menyuruh cuci tangan,” katanya.
Ditambahkannya, hal lain yang perlu dipikirkan adalah mengubah mindset dari internasional ke domestik.
“Kalau wisatawan internasional dia bisa bertahan berjam-jam duduk di pantai, tapi kalau orang domestik bisa bertahan berapa jam dia di pantai, yang harus ada supporting sistemnya jangan sampai ada wisatawan yang yang jenuh, dan bagaimana wisatawan itu lama untuk tinggal di sini dengan standing money, dan bisa menghidupkan lagi kembali wisata yang ada di Gili khususnya dan umumnya yang ada di Lombok ini,” katanya.
Tokoh pariwisata NTB, Taufan Rahmadi, mengatakan ada 2 hal yang ia dorong ke Pemprov NTB via Dinas Pariwisata.
“Pertama adalah Bubble destination, kedua Pergub Zona Wisata Hijau. Gili dan sekitarnya adalah destinasi yang kita harapkan kawasan bubble destination yang kemudian diperkuat dengan hadirnya Pergub zona wisata hijau,” katanya.
Taufan menambahkan, Indonesia harus mulai belajar hidup berdampingan dengan Covid 19.
“Salah satu caranya adalah dengan menetapkan bubble destination di destinasi pariwisata dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), Yusron Hadi, mengatakan selalu men-support pemulihan Gili.
“Oleh karena itu, kita memastikan protokol kesehatan tetap diterapkan secara ketat di sana. Pelaksanaan CHSE juga harus menjadi acuan bagi pelaku wisata. Itulah standar yang harus diikuti,” katanya.