Petani Milenial Konawe Sukses Taklukan Lahan Padi Sawah Kering

SULAWESI TENGGARA – Gebrakan yang dilakukan  petani milenial asal Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Muhammad Syafaat, layak dijadikan inspirasi.

Petani milenial yang tergabung dalam Kelompok Tani Jaya Makmur komoditi padi sawah binaan READSI di Desa Langgea, Kecamatan Padangguni, Kabupaten Konawe, mampu melihat peluang mengubah lahan padi yang kering akibat adanya perbaikan system menjadi lahan subur.

Dukungan diberikan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL).

“Petani milenial harus jeli melihat peluang yang besar untuk pengembangan produk pertanian, termasuk sektor hortikultura. Dengan memanfaatkan hortikultura, petani dapat men-support kekuatan perekonomian negara,” kata Mentan Syahrul.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengungkapkan bahwa kemajuan sektor pertanian sangat didukung oleh SDM yang kompetitif.

“Pertanian membutuhkan SDM yang andal dan unggul yang nantinya siap menjadi pengusaha pertanian milenial yang kreatif, inovatif, professional, berdaya saing dan tentunya mampu menyerap lapangan pekerjaan sektor pertanian sebanyak mungkin,” katanya.

Dedi menambahkan bahwa selain memanfaatkan peluang, petani milenial lah yang mampu mendongkrak produktivitas dan menjaga kualitas dan menjamin kontinuitas produknya lewat inovasi teknologi. Dan peran DPM/DPA disini diharapkan mampu meresonansi generasi milenial lainnya.

“Para DPM dan DPA adalah contoh bagi petani-petani milenial di seluruh Indonesia, jadi dengan keterbatasan apapun harus bisa diatasi karena akan selalu ada jalan jika kita selalu berusaha dan berdoa,” papar Dedi.

Demi menghidupkan lahan padi yang  tidur, Muhammad Syafaat harus memutar otak untuk tetap menghasilkan dengan merubah komoditi padi sawah ke hortikultura. Ia berhasil mengembangkan buah semangka benih baginda dengan rata-rata berat 8 – 10 kg perbuah dengan total berat mencapai 6 ton dengan luas lahan 2500m.

Dari hasil panen buah semangka, Syafaat memperoleh pendapatan 15 juta di lahan padi sawahnya. Keberhasilan ini juga terjadi berkat dukungan Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling Up Initiative (READSI) yang hadir di 6 Provinsi dan 18 Kabupaten.

“Sedangkan faktor yang mempengaruhi usaha tani hortikultura di lahan padi sawah kami bermacam-macam bisa dari faktor fisik dan faktor nonfisik. Faktor fisik antara lain topografi, Iklim, cahaya matahari dan temperatur/suhu, tanah. Faktor non fisik juga berpengaruh terhadap pertanian atara lain modal, tenaga kerja, pemasaran, transportasi, teknologi dan komunikasi,” ungkap Syafaat

Rohidin, selaku Fasilitator Desa, sangat bangga dengan upaya yang dilakukan Syafaat.

“Karena, beliau mampu memanfaatkan peluang untuk menghasilkan pendapatan bisa dilihat dari sisi mana saja tidak harus komoditas utama saja,” ujar Rohidin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *