Cetak Petani Milenial, Kementan Dukung Agro Edu Farming di Cilacap

CILACAP – Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus bergerak menumbuhkembangkan petani milenial. Teranyar, Kementan mendukung penuh Sekolah Tani Indonesia sebagai Agro Edu Farming di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Sekolah Tani Indonesia itu diimplementasikan di Desa Madura, Kecamatan Wanreja. Di atas areal lahan pertanian yang cukup luas, anak-anak muda diberikan kesempatan untuk mengolah sejumlah komoditas. Hal itu terungkap dalam Talk Show Kostratani “Ngobrol Asyik on the Spot,” Rabu (1/9/2021).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menekankan pentingnya peran petani milenial dalam rangka pembangunan pertanian masa depan. Menurutnya, di era digital saat ini semakin mendorong percepatan pembangunan pertanian Indonesia.

“Kita bisa lihat bahwa hari ini telah terjadi perubahan era. Di era ini, pertanian kita bisa lebih baik dibandingkan era-era sebelumnya karena semua sudah terfasilitasi secara digital,” jelas Mentan SYL.

Sementara Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, hingga 2024, pihaknya menarget mencetak 2,5 juta petani milenial. Sejak saat ini proses penumbuhan petani milenial itu terus dilakukan. Berkolaborasi dengan Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA), Dedi menegaskan kualitas dan kuantitas petani milenial terus digenjot.

“Terbaru, kami menggelar pelatihan untuk dua ribu petani milenial se-Indonesia. Setelah melalui pelatihan, mereka akan difasilitasi untuk langsung terjun ke sektor pertanian,” papar Dedi.

Dedi meminta ribuan petani milenial itu menebar resonansi di daerahnya masing-masing. Jika saja satu orang petani milenial mampu menarik 200 orang pemuda di daerahnya, maka Dedi optimistis target 2,5 juta petani milenial pada tahun 2024 akan tercapai.

“Kami akan membangun pertanian modern atau smart farming dengan dukungan teknologi dan internet of things (IoT). Misalnya nanti pemanfaatan alat drone untuk menabur benih, menyemprot pestisida dan sebagainya, serta pertanian dengan pola green house,” terangnya.

Menurut Dedi, petani milenial terbukti mampu menguasai sektor pertanian dari hulu hingga hilir. Bahkan, mereka berhasil memoderenisasi sektor pertanian semakin maju, mandiri dan modern. Beberapa petani milenial binaan BPPSDMP Kementan menurut Dedi telah membuktikan dedikasi mereka dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.

Nantinya, para petani milenial itu akan mendapat pelatihan wirausaha dan tematik, selain daripada difasilitasi akses untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. “Kita akan kerjasamakan dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten untuk semakin memperkuat langkah mencetak 2,5 juta petani milenial,” demikian Dedi.

Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji mendukung penuh upaya Kementan yang bertekad mencetak petani milenial. Ia bersyukur melalui Sekolah Tani Indonesia yang diinisiasi oleh Fatoni Saputra. “Kami mendukung penuh program petani milenial ini dan bersyukur sudah ada Sekolah Tani Indonesia yang diinisiasi milenial untuk memajukan sektor pertanian di Cilacap ini,” kata Tatto.

Ke depan, Tatto bertekad membangun petani milenial di setiap kecamatan di Kabupaten Cilacap. “Kita ingin ke depan nanti tumbuh lagi Fatoni-Fatoni di seluruh kecamatan yang meresonansi pertanian di kalangan milenial,” ujar dia.

Fatoni Saputra sendiri menceritakan kisahnya mendirikan Sekolah Tani Indonesia. Menurutnya, Sekolah Tani Indonesia adalah sebuah ikhtiar pengentasan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan dengan memberdayakan masyarakat dengan mempertemukan pemilik modal, petani dan peternak dan pasar.

“Sekolah Tani Indonesia adalah sebuah lembaga yang memadukan antara pendidikan dengan pemberdayaan masyarakat, khususnya bidang pertanian dan agama,” katanya.

Ia melihat penyebab sektor pertanian di Indonesia cukup tertinggal karena pola pikir masyarakat yang keliru, terutama kaum terdidik mengenai pekerjaan di bidang pertanian. Selain itu, kapasitas produksi pertanian kurang diimbangi dengan usaha pemberdayaan bagi petani.

Karena itu dengan Sekolah Tani, Fatoni berharap dapat meningkatkan keterampilan masyarakat desa, terutama di bidang pertanian. Dengan demikian bisa membuat petani mandiri dan sejahtera, serta menumbuhkan kembali semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

“Kami membuat program pelatihan budidaya pertanian organik di masyarakat pedesaan pelosok dan menciptakan jaringan pemasaran produk,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *