Inovasi Pupuk Organik Hayati, Kementan Kenalkan Tekno Organik Papua
JAKARTA – Teknologi dan inovasi pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, diantaranya melalui pemupukan berimbang dengan lebih banyak menggunakan pupuk hayati dibandingkan pupuk kimia.
Hal ini turut dibahas pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 19, Selasa (24/8/2021), di Ruang AOR BPPSDMP. Dalam kegiatan ini, diperkenalkan Tekno Organis Papua sebagai inovasi pupuk organik hayati.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengatakan, saat ini ilmu terus berkembang, teknologi semakin maju. Pertanian pun sudah masuk dalam era 4.0.
“Artinya, inovasi dan teknologi harus juga diterapkan dalam pertanian, karena inovasi ini yang bisa membantu kita untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” ujar Mentan SYL.
Pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 19, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pemupukan berimbang merupakan kata kunci untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas.
Pupuk hayati merupakan solusi dari pengurangan penggunaan pupuk kimia serta merupakan langkah pemupukan berimbang. Dan pemupukan berimbang merupakan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman, sesuai dengan kesuburan tanahnya.
“Sebelum dilakukan pemupukan berimbang, kita sehatkan dulu tanahnya” ungkap Dedi.
Salah seorang narasumber, Thomas Yembise, Penyuluh Pertanian Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, menjelaskan secara rinci bagaimana fungsi dan cara penggunaan pupuk Organik Hayati, Tekno Organik Papua (TOP).
“Dinamai tekno organik papua dikarenakan Isolat berasal dari Papua, saat ini TOP sedang dalam proses hak paten,” jelas Thomas.
Sedangkan istilah pupuk hayati sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah untuk kesuburan tanaman. Dari hasil penelitian mengindikasikan sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktifitasnya dan mengalami degradasi lahan.
Thomas juga menjelaskan cara aplikasi melalui proses fermentasi yaitu dengan mencampurkan 1 liter PHC tekno organik papua kedalam 99 liter air tanah lalu dibiarkan selama 2-4 hari. Setelah itu semprotkan pada pertanaman secara merata di daerah perakaran.
Penggunaan langsung bisa dengan cara mencampurkan 5 ml PHC TOP ke dalam 1 liter air dan semprotkan pada pertanaman secara merata di daerah perakaran.
“Untuk perendaman benih dengan cara merendam benih selama 3 jam dengan 25 mg/kg PHC TOP, setelah itu benih siap ditanam/disemai dan tidak dianjurkan menggunakan air berkaporit atau pestisida,” tutupnya.