Produktivitas KWT Melati Bone Bolango Terungkit Berkat Program READSI
Bone Bolango – Bagi sebagian orang, berkebun menjadi salah satu hobi yang menyenangkan. Dengan sentuhan dari program READSI, hobi tersebut berubah menjadi lebih produktif. Hal ini yang dirasakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di Kabupaten Bone Bolango.
Dengan READSI, KWT Melati jadi mampu memanfaatkan lahan sempit jadi produktif. Sehingga mampu mengasah kreatifitas penanam untuk menciptakan media baru yang lebih sederhana dan dapat meningkatkan kualitas dan hasil produksi yang maksimal tapi dengan low budget.
Hal ini sejalan dengan himbauan Menteri Pertanian.
“Dalam suasana pandemi ini, bisa jadi krisis ekonomi berlangsung lama dan pertanian adalah tumpuan perekonomian kita, untuk itu harus selalu didorong jangan sampai berhenti,” jelas Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan KWT akan lebih maksimal dengan dukungan penyuluh.
“Tugas penyuluh dalam masa pandemi Covid-19 tidak mudah. Mereka harus terus mendampingi petani dengan turun ke lapangan. Penyuluh bersama petani harus memastikan produksi pertanian tidak berhenti. Termasuk juga mendampingi KWT,” tutur Dedi Nursyamsi.
Kreativitas yang diperlihatkan KWT Melati pimpinan Sarlota Bijuni patut diacungi jempol. Tidak perlu menggunakan peralatan canggih, dengan memanfaatkan barang bekas tetap bisa melakukan kegiatan yang sangat bermanfaat tersebut.
Bahan yang digunakan seperti ban mobil/motor, kaleng susu, botol air mineral, bekas kemasan sabun detergen dapat dibuat sebagai pengganti polibag.
“Dengan luas lahan 10×15 m disamping rumahnya dimanfaatkan untuk kreatifitas dalam mengolah lahan pekarangan yang sempit,” ucap Fetra sebagai Fasilitator Desa yang mendampingi KWT Melati di Desa ilohuuwa, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango.
KWT Melati termasuk dalam Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI) merupakan inisiasi perluasan Proyek Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) yang dilaksanakan pada tahun 2008 sampai dengan 2014 di 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah dengan pendanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) dari International Fund for Agricultural Development (IFAD).
KWT Melati mengaplikasikan prinsip sistem vertikultur dan terasering pada tanaman kangkung darat dan bawang batang. Uniknya semua bahan dasar pembuatan sistem teknologi ini terbuat dari bahan bekas, seperti bambu, kayu, pipa bekas serta bekas botol air mineral.
Menurut Ketua KWT Melati, Sarlota Bijuni, selain dapat dijadikan media tanam, pemanfaatan botol bekas juga dapat mengurangi sampah rumah tangga serta mampu menjadikan nilai ekonomis, sebab jika menggunakan barang bekas kita tidak perlu membeli bahannya karena dapat diperoleh secara gratis.
“Saya bersyukur ada Program READSI seperti ini di Desa Ilohuuwa, sebab ini sangat membantu kami para ibu rumah tangga dalam mengakses berbagai informasi tentang pertanian serta cara memaksimalkan pemanfaatan lahan pekarangan. Di samping itu Fasilitator Desa dan Penyuluh juga sangat maksimal dalam mendampingi kami terutama untuk memberi berbagai informasi tersebut,” tuturnya.
Pemanfaatan botol bekas untuk media tanam juga berguna untuk mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan yang mengurangi keindahan lingkungan itu sendiri. Apalagi sampah plastik ini tidak dapat diurai oleh mikroba pengurai sehingga sangatlah sulit untuk membusuk, jika memilih untuk membakarnya justru akan mencemari udara dan apabila terhirup dapat membahayakan kesehatan tubuh penghirup (manusia).(*)