Dengan READSI, Panen Raya di Poso Kian Optimal

POSO – Produktivitas Padi Sawah sangat optimal dalam panen raya kalo ini di Poso. Hasil ubinan menunjukan produktivitas impresif untuk Padi Sawah di Pamona, Pusulemba, Poso, Sulawesi Tengah. Apalagi, mereka menjalankan semua instruksi teknis program READSI Kementan.

“Program READSI selalu memberikan produktivitas kepada petani. Hal ini tentu bagus bagi kesejahteraan petani dan ketersediaan pangan di daerah. Ketahanan pangan harus tercapai,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Senyum petani di Poso memang sedang mengembang. Produktivitas panen mereka kompetitif setelah disupport READSI Kementan dan Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung. SYL menambahkan, kolaborasi besar bagus untuk mendukung keberhasilan usahatani.

“Diperlukan sinergi besar untuk mendukung usaha pertanian. Dengan begitu, segala permasalahan yang muncul bisa segera diselesaikan dan dicarikan solusi terbaiknya. Petani juga dipastikan formula terbaik untuk menghasilkan produktivitas tinggi,” lanjut SYL.

Menerapkan formulasi READSI, petani di Pamona, Pusulemba, mampu menghasilkan panen 6,4 Ton per Hektar Gabah Kering. Apalagi, di beberapa daerah lainnya rata-rata produktivitas Padi masih berada pada angka 5,7 Ton per Hektar. Artinya, produktivitas Padi Sawah di Pamona masih surplus 0,7 Ton per Hektar.

“READSI terbukti bagus dalam menaikkan produktivitas Padi Sawah di daerah. Selalu menawarkan solusi ideal, apalagi kondisi lahan tempat tumbuh di tiap daerah berbeda. Sangat khas dan membutuhkan treatment berbeda-beda,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.

Dengan formulasinya, READSI Kementan menerapkan varietas Padi INPARI 42. Varietas ini memiliki usia tanam 112 hari setelah semai. Ciri morfologinya berbentuk tegak, tinggi 93 Cm, dan daun bendera tegak. Bentuk gabahnya ramping, warna kuning jerami, mudah rontok, tahan rebah, dan nasinya pulen.

Varietas ini juga tahan *terhadap* organisme pengganggu tanaman (OPT). Jenisnya beragam, seperti hama tungro, wereng batang coklat (WBC), dan hawar daun bakteri. “Untuk mendukung produktivitas, READSI Kementan juga memberikan beragam bantuan saprodi. Sejauh ini, hasilnya positif karena petani pada akhirnya mandiri,” kata Dedi lagi.

Selain varieta unggul, petani di Pamona juga menggunakan sistem tanam Jajar Legowo. Mereka juga menerapkan pupuk berimbang, pengendalian OPT secara tepat serta memanfaatkan musuh alami. Adapun Jajar Legowo adalah sistem tanam dengan meningkatkan populasi dan merekayasa jarak tanam seperti layaknya tanaman tepi pematang.

“Kami gembira karena hasil panen sangat bagus. Kami terapkan semua standard penanaman dan usahatani sesuai kebijakan READSI. Apalagi, petani juga mendapatkan bimbingan teknologi budidaya padi untuk peningkatan hasil. Apalagi, READSI juga memberi bantuan benih, pupuk, dan pestisida,” ujar Ketua Kelompoktani READSI Sapa Pamona, Pusulemba, Andreas Ma’it.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *