READSI dan BPP Lampung Naikkan Nilai Cabai Konawe
BANDAR LAMPUNG – Meningkatkan value pertanian, hilirisasi komoditas pertanian terus dilakukan program Rural Empowerment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI) Kementan. Berkolaborasi bersama Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung, program Pelatihan Teknis Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian, Senin (17/7). Pesertanya berasal dari Konawe, Sulawesi Tenggara.
“Kementan harus memastikan ketersediaan pangan bagi mayarakat Indonesia. Untuk itu, peningkatan produktivitas bisa didorong melalui penguatan sumber daya manusia (SDM),” ungkap Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Menimba ilmu di BPP Lampung, 32 peserta sukses menaikkan kompetensinya. Sebab, peserta diajarkan paket lengkap hilirisasi cabai. Mereka diajarkan cara membuat saos sambal. Ikut diajarkan juga proses pelabelan, pengemasan produk olahan, hingga distribusi penjualannya. Untuk penjualannya dilakukan secara digital atau online, termasuk mengoptimalkan fungsi media sosial.
“Hilirisasi komoditas pertanian kini menjadi sebuah keharusan. Tujuannya agar petani mendapatkan keuntungan lebih besar. Melalui READSI, Kementan tentu akan memberikan dukungan penuh,” terang SYL.
Untuk mengolah saos sambal dengan bahan baku cabai sebenarnya tidaklah rumit. Adapun bahan bakunya adalah cabai, tomat, bawang putih, air, cuka/air lemon, garam, gula, dan tepung maizena. Untuk teknik membuatnya bisa diawali dengan merebus cabai, tomat, dan bawang putih. Setelah dingin lalu diblender. Tambahkan gula, garam, cuka, dan tepung maizena sambil diaduk hingga siap saji.
“Pelatihan menjadi kunci penting hilirisasi komoditas pertanian. Faktor pengungkit utama dari peningkatan produktivitas pertanian adalah SDM, baik petani, petani milenial, penyuluh, poktan, maupun gapoktan,” jelas Kepala Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi.
Mengikuti pelatihan pembuatan saos sambal, Konawe merupakan salah satu sentra cabai di Sulawesi Tenggara. Petani rata-rata mengusahakan cabai merah pada lahan dengan luas 0,5 Hektar hingga 1,5 Hektar. “Untuk mengejar produktivitas dan kualitas, sudah seharusnya kompetensi SDM dinaikkan terlebih dahulu. Pelatihan ini bagus karena ada nilai tambah dari pembelajaran non formal,” kata Dedi lagi.
Memiliki populasi penduduk 315 Ribu jiwa, rata-rata produksi cabai 6,9 Tonnper Hektar dengan luas tanam total sekitar 152 Hektar. Artinya, produksi cabai mencapai 1.048 Ton. Angka tersebut surplus, sebab kebutuhan cabai di Konawe hanya 878 Ton. Selain cabai, Konawe juga sentra bawang. Dengan luas lahan 96 hektar, Konawe mengghasilkan 865 Ton. Adapun tomat yang diusahakan varietas Servo F1 dan Timoti dengan produksi 40 Ton per Hektar.
“Saya sangat berterimakasih atas ilmu yang disampaikan kepada kami, terutama tentang penanganan pasca panen dan pengolahan cabe segar menjadi saos sambal. materi ini sangat menarik dan kami perlu mengembangkan kemampuan untuk mendesain label yang menjual,” kata Purnawidya dari Konawe, Rusdin.(*)