Kolaborasi READSI Kementan Hadirkan Kemandirian Petani
POSO – Program Rural Empowerment Agricultural and Development Scalling Up Initiative (READSI) Kementan selalu sukses menumbuhkan kemandirian petani. Menyelesaikan problem kebutuhan usaha tani tanpa membuat para petani bergantung. Petani justru sukses membangun ekosistem usahanya dengan sangat sehat.
“Kemandirian petani harus diciptakan. Petani harus berdikari, meski pada tahap awalan bisa didorong dengan bantuan-bantuan. Meski demikian, mereka tetap berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri termasuk dengan berkelompok,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Kemandirian petani yang disupport oleh READSI bisa dilihat pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tampudju. Lokasinya berada di Lena, Pamona Utara, Poso, Sulawesi Tengah. Kemandirian KWT Tampudju terlihat dari pemenuhan slot anggaran mandiri 30% untuk pengadaan bantuan alsintan. Dana tersebut dialokasikan secara swadaya melalui simpanan wajib anggota.
“Petani sangat solid dalam membangun kebersamaan. Mereka melakukan swadaya untuk memenuhi syarat administrasi 30% bantuan alsintan. Kebijakan ini ideal karena mengajarkan kemandirian. Petani tetap memiliki andil dalam pengadaan sarana prasarana. Ini akan bagus karena petani ikut memiliki,” terang SYL.
Berkolaborasi menjadi sebuah sistem, KWT Tampudju berusaha membayar syarat 30% untuk bantuan alsintan. Mereka mengajukan bantuan peralatan.berupa Cultivator atau Traktor Mini. Pagu yang disepakatinya Rp20 Juta. Artinya, KWT Tampudju harus menyerahkan dana administrasi Rp6 Juta. Adapun dana yang sudah terkumpul adalah Rp3,5 Juta.
“READSI memang mendorong petani untuk mandiri. Mereka tetap mencukupi kebutuhan usaha pertaniannya sendiri, meskipun ada bantuan dari Kementan. Dengan adanya biaya 30% tersebut, petani akan semakin memiliki alsintan yang dibutuhkan. Pemakaiannya pasti hati-hati dan perawatannya maksimal,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.
Lebih lanjut, KWT Tampudju juga memiliki sub usaha simpan pinjam yang maju. Dana tersebut berkembang dari awal modal simpanan sebesar Rp300 Ribu. Adapun bunga pinjaman hanya 10%. Hingga 6 Juli 2021, jumlah kas yang terkumpul adalah Rp3 Juta. Jumlah tersebut tentu akan terus bertambah mengingat anggota KWT Tampudju taat membayar simpanan wajib.
“Kelompok tani harus berkembang unit usahanya. Sebab, itu juga menjadi indikator majunya pertanian di daerah. Kami optimistis, beragam usaha yang dikembangkan akan terus tumbuh positif. Meningkatkan kesejahteraan bersama,” papar Dedi lagi.
Program READSI sudah ditetapkan pada 6 provinsi, termasuk Kalimantan Barat. Rinciannya ada 18 kabupaten dan 342 desa. Tujuan utama digulirkannya READSI adalah meningkatkan produktivitas pertanian, baik on farm maupun off farm. Ada juga upaya pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT). READSI juga turut berperan dalam perbaikan gizi keluarga dan simpan pinjam.
“Anggota kelompok tani bisa menggunakan dana pinjaman dengan penuh tanggung jawab. Mereka juga rutin membayar kas. Dana yang ada nantinya bisa digunakan untuk kepentingan bersama,” tutup Ketua KWT Tampudju Arvian Tanggola.(*)