Efek Sinergi READSI dan GAP, Produktivitas dan Kesejahteraan Petani Kakao Naik
JAKARTA – Kementan berhasil meningkatkan produksi pertanian. Formulasinya melalui Rural Empowerment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI) dan Good Agricultural Practices (GAP). Bagaimana hasilnya? Diterapkan pada budidaya Kakao, Kelompok Tani Tunas Lestari, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, panen keuntungan finansial. Sebab, produktivitasnya melonjak 100%.
“READSI sangat bagus sebagai pendorong program pertanian lainnya, seperti GAP. Kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan tentu luar biasa. Hal ini bagus untuk percepatan ketahanan pangan,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Sejak kali pertama digulirkan, READSI memang menjadi penopang program pertanian yang ampuh. Saat ini READSI Kementan beroperasi pada 6 provinsi dan 18 kabupaten. Selain Sulawesi Tenggara, READSI Kementan hadir juga di Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Misi utamanya adalah kesejahteraan, pemberdayaan perempuan, perbaikan gizi keluarga, dan simpan pinjam.
“READSI membawa implikasi positif secara umum. Dengan maju dan berkembangnya usaha pertanian, otomatis ada banyak keuntungan finansial yang didapat petani dan masyarakat umum lainnya. Sebab, pertanian dan industrinya tetap tumbuh sepanjang pandemi Covid-19,” terang SYL.
Lalu, bagaimana dengan gambaran GAP? Familiar sebagai Norma Budidaya Baik, GAP menerapkan sistem sertifikasi produksi plus adopsi teknologi maju. Untuk produk yang dihasilkan juga harus aman konsumsi dengan produksi berkelanjutan. GAP juga sangat memperhatikan kesejahteraan, usaha tani menguntungkan, hingga jaminan kualitas bagi para konsumennya.
Formulasi ini ideal sebagai koreksi terhadap kelemahan teknologi green revolution dan pertanian modern yang bersifat eksploratif hara. Pembenahan juga dilakukan GAP terhadap konsep tidak adanya jaminan keberlanjutan sistem produksi. Ramah lingkungan, GAP mencegah kontaminasi bodi air dan lahan oleh pestisida herbisida. Adapaun penopangnya seperti, sertifikasi, teknologi, kesejahteraan, jaminan produk, dan lainnya.
“Semua treatment dilakukan untuk membuat pertanian semakin berdaya saing. Nilai ekonominya tinggi, tapi tetap ramah lingkungan untuk keberlanjutan produksinya. Dengan sinergi READSI dan GAP, value ekonomi yang dihasilkan dari produk pertanian jelas semakin tinggi. Petani memiliki pendapatan lebih besar,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.
Tingginya produktivitas yang dihasilkan memang bisa dilihat dari hasil usaha pertanian Kakao. Kakao ini diusahakan oleh Kelompok Tani Tunas Lestari, Kalahunde, Kolaka Utara. Salah satu acuannya produksi Kakao dari lahan milik petani Ambo Unga naik 100%. Kolaborasi yang digalang READSI mampu menghasilkan produktivitas 100 Kg/1 Kali Petik untuk luas lahan 1 Hektar. Sebelum program READSI digulirkan, kapasitas panennya hanya 50 Kg/1 Kali Petik pada luas lahan sama.
“Produktivitas naik 100% tentu menjadi catatan yang sangat bagus. Artinya, ada lonjakan keuntungan yang lebih signifikan. Otomatis ada saving besar yang bisa dilakukan oleh petani. Itu bagus bagi masa depan petani dan positif untuk mengembangkan usaha off farm,” tegas Dedi.
Menguatkan kolaborasi, READSI dan GAP tetap mengoptimalkan fungsi dan posisi Fasilitator Desa. Para Fasilitator Desa tersebut secara rutin melakukan monitoring pemanfaatan saprodi. Ada juga implementasi program lain melalui sekolah lapang yang memiliki impact sangat positif bagi pertanian di sana. Fasilitator Desa Kalahunde Iin Purwanti memaparkan, kolaborasi diperlukan untuk memajukan pertanian.
“Produksi meningkat tajam setelah READSI dan GAP ditetapkan bersama-sama. Kami tentu sangat senang. Sebab, kenaikkan produktivitas tentu menjadi jaminan tingginya keuntungan,” tutup Iin.(*)